Rabu, 03 November 2010

Kasih Sayang Sang Malaikat Dunia

Ada sebuah kisah pagi ini yang menggetarkanku saat aku membaca sebuah buletin jum’at,kisah mengenai kasih sayang seorang malaikat dunia.

Langsung saja ke ceritanya

Saya bernama rico,waktu itu aku sedang duduk dibangku sekolah dasar dan semenjak itupula saya hanya memiliki orang tua tunggal yaitu ibu saya...ya,orang tua yang membesarkanku dengan satus single parent. Hal ini aku ketahui setelah suatu saat ibu bercerita kepadaku bahwa saat aku kecil ayahku meninggal pada sebuah kecelakaan tunggal. Kehidupanku sehari-hari aku jalani bersama ibu sampai hal itu terjadi.

Saat aku sudah duduk di bangku SMP,tepatnya ketika penerimaan rapor hasil belajar siswa,saat dimana para orang tua murid diundang ke sekolah untuk mengambilnya.Pas orang tuaku datang ke sekolah,teman-temanku tertawa sambil berkata”ya ampun rico.....jadi ini orang tuamu??hahahaha....” dan mereka melanjutkan tertawanya. Jangan heran kalau orang tuaku dijadikan bahan tertawaan mereka setelah melihat kalau ternyata orang tuaku cacat,ya...dia hanya memiliki satu mata.

Karena malu bercampur marah, secara spontan aku berkata kepada ibuku “Pulang sana!!!! Aku malu punya ibu seperti kamu..” dan ibu hanya menjawab “ya sudahlah nak, ibu akan pulang” sambil tertunduk ibuku membalikkan badan dan berjalan pulang. Waktu itu aku gak habis pikir kata-kata itu keluar dari mulutku tanpa sedikitpun memikirkan perasaannya. Sejak kejadian itulah saat aku pulang kerumah selalu marah-marah sampai pada puncaknya aku berkata “sudah cukup kau membuatku malu kali ini” lalu aku pergi dari rumah meninggalkan ibu.

Sejak saat itu aku hidup sendiri,bertahan,dan dengan usahaku akhirnya aku bisa sekolah sambil bekerja. Hingga lulus kuliah,kemudia bekerja untuk mencukupi kebutuhankudan menjadi mandiri. Sampai pada akhirnya aku menikah dengan seorang gadis cantik dan dikaruniai 2 orang buah hati kecil. Tak terasa sudah bertahun-tahun aku tidak menemui ibuku,aku tak tau bagaimana kabarnya saat ini.

Sampai pada suatu waktu saat anakku sedang bermain di halaman rumahku,mereka berteriak-teriak ketakutan. Saat kutengok ternyata ada sosok wanita tua dengan mata yang hanya satu sedang menghampiri rumahku. Yah..dai adalah ibuku yang sudah bertahun-tahun lamanya tidak aku lihat. Orang tua yang sedang mencari alamat anaknya,dan kemudia dia tersenyum saat melihatku yang membuktikan kalau pencariannya selama ini telah berakhir. Anak-anakku berlari dan bersembunyi di belakangku. Seketika itu juga istriku keluar untuk menengok apa yang membuat anak-anaknya berteriak ketakutan. Saat melihat sesosok tua renta itu istriku bertanya “itu siapa mas??” dan aku menjawab “itu bukan siapa-siapa, hanya pengemis” “owh..” istriku hanya terdiam mendengarnya tanpa rasa curiga. Pantas saja, sebelum menikah dengannya aku bilang kalau aku sudah tidak punya orang tua,alias yatim piatu. Serentak setelah itu aku berteriak kepada orang tua itu “pergi kau dari sini...!!! jangan menakut-nakuti anak-anakku..!!! senyum orang tua itu pun pudar dan berkata “maaf, saya salah alamat” dan diapun berlalu.

Beberapa bulan setelah peristiwa itu aku diundang di acara reuni SMP tempat aku sekolah dulu, sekolah yang dekat dengan rumahku saat aku masih kecil. Seusai acara itu aku sempatkan sebentar untuk menengok rumah kecilku yang dulu, dan juga penghuninya, ibuku. Tapi saat aku tiba disana, aku diberitahu oleh tetangga kalau ibu sudah meninggal. Sebelum ibu meninggal,beliau menitipkan sepucuk surat untuk anaknya yang dia yakini akan kembali, lalu kubaca surat itu.

“Anakku tersayang, ibu dengar ada acara reuni di SMP mu yang dulu. Ibu yakin kamu pasti akan datang kesana nak. Sebenarnya ibu juga ingin kesana untuk melihatmu lagi, tapi apa daya kaki ibu sudah tak kuat lagi untuk berjalan dan ibu hanya bisa terkulai lemas diatas pembaringan. Makanya ibu hanya bisa menulis surat ini dan berharap kamu membacanya. Maafkan ibu ya nak, ibu sudah menakut-nakuti anak-anakmu karena mata ibu yang hanya satu ini. Sebenarnya dulu saat kamu masih kecil kamu mengalami kecelakaan hingga merenggut penglihatanmu. Ibu sangat sedih waktu itu. Maka dari itu ibu berikan salah satu mata ibu agar buah hatiku ini bisa melihat indahnya dunia kembali. Ibu sangat senang sekali saat kamu ceria kembali dan bermain seperti anak yang lain. Sekarang kamu sudah besar ya,rasanya baru kemarin kamu masih bermain-main sambil memanggil ibu..ibu..Maafkan ibu ya nak kalau dulu ibu sering membuatmu malu”

Seketika itu aku langsung menangis dan menyesali pa yang telah aku lakukan pada ibuku. Kasih sayang yang ia berikan justru aku balas dengan cacian. Dan kata maafpun sudah terlambat untuk diucapkan. Dan tak akan tergantikan oleh berjuta-juta maaf sekalipun.

Setiap orang didunia ini pasti memiliki ibu. Kita sebagai anak sudah seharusnya memberikan kasih sayang seperti yang telah ibu berikan. Kasih sayang ibu tak kenal henti. Beliau bahkan rela memberikan jiwa raganya hanya untuk melihat buah hatinya bahagia. Bayangkan jika saat kita masih bayi tidak mendapat perlindungan dan diberi ASI olehnya. Apakah kita masih bisa hidup seperti sekarang?? Apakah kita bisa menghidupi diri kita sendiri pada saat itu?? Tentu tidak kan..tapi banyak dari kita yang seolah lupa akan betapa besarnya jasa ibu saat dewasa. Saat kita sudah bisa mandiri dan tidak membutuhkannya lagi. Dengan congkaknya kadang kita berkata tak membutuhkan ibu lagi, bisa hidup mandiri dan berbagai kata lainnya.

Seperti apapun itu, baik atau buruk, jelek ato apapun itu kita harus tetap selalu menghormati ibu, menyayanginya dengan sepenuh hati dan selalu mendoakannya. Semoga dengan tulisan ini kita lebih menyayangi ibu kita jangan sampai menyia-nyiakan beliau. Bagi yang sudah dipanggil sang khalik, semoga tak lupa untuk selalu mendoakannya karena hanya doa-doa anak yang shalih yang akan menjadi amal jariyah bagi orang tuanya.

(repost dari buletin jum’at –dengan berbagai penyesuaian)

H-D